This was happened last week, Sunday 10 December.
Waktu itu aku lagi berbincang-bincang dengan Erlyn di dalam kantin gereja. Tiba2 ada sekilas kilatan warna biru tua yang aku lihat di samping kanan, kayanya datang dari arah belakang. Si Erlyn kelihatannya terkejut melihat sesuatu di belakangku, otomatis aku gerakin kepala pelan-pelan karena aku berharap ga terlalu shock seperti si Erlyn. Ternyata aku lihat ada kepala kantin, Kumala lagi tidur terlentang diatas lantai dapur dan kacamatanya terjatuh disampingnya. Aku bengong karena gag ngerti apa yang terjadi, aku lihat ada Freddy di ujung kaki Kumala, sedang melihat ke arah Kumala, semua orang kelihatan kaget. Tiba-tiba Rina dan Juli masuk dan buru-buru melihat keadaan si Kumala. Aku masi bingung apa yang terjadi karena aku gag melihat apa-apa dan si Freddy gag bicara apa-apa. Si Kumala matanya terpejam dan bibirnya bergetar lalu berkata, "Air...air panas..."
Otomatis si Juli ambilin air hangat dan sendok lalu menyendokin air ke mulut si Kumala yang matanya masi terpejam. Saat itu, ahli psikolog yang saat itu di gereja, dipanggil dan dia otomatis nanya, "Anyone called ambulance?" Baru aku nyadar kalo aku harusnya melakukan First Aids yang pelajarannya sudah aku ambil tahun lalu. Saat itu Rina mengangkat kepala si Kumala dan ditaro diatas pahanya, yang langsung aku larang (aku sudah lepas dari bengong) karena posisi kepala begitu malah bikin korban gag bisa bernapas dan aliran darah ke otak bisa terhambat. Lalu aku suru mereka membuka kancing celana si Kumala lalu kakinya ditutupi dengan kain agar gag ada kancing ketat yang bisa menghambat pernapasannya. Lalu aku usir orang-orang yang berdatangan nonton supaya gag nge-blok pintu agar udara bisa masuk dan korban bisa bernapas lancar. Selain itu aku juga mau jaga dignity si korban.
Si Psikolog balik kemudian dan bilang, "No food, no water...", dan instruksi2 First Aids lainnya yang antara lain taro korban menyamping kiri dan jangan pindahkan korban agar kalo-kalo ada yang patah gag sampai jadi parah. Kemudian dia mulai clear meja di dekat situ buat medic dan aku bantu clear meja.
Ambulance datang gag lama kemudian dan petugasnya nanya, "What happened?" otomatis namanya orang indo, saling mulai cerita yang akhirnya di stop petugasnya dan dia hanya mau saksi langsung yang berbicara ke dia. Petugas2nya professional dan straight forward karena dia mau langsung beraksi setelah memperoleh informasi yang dibutuhkan.
Setelah memperoleh info sementara petugas lain memeriksa keadaan Kumala mulai dari matanya yang katanya normal (kalo parah matanya biasanya sudah lain), terus gerakan tangan dan genggaman tangan, siku, bahu dan leher. Setelahnya petugasnya bilang kalo it's a good thing Kumala gag ada any injury tapi butuh check up di hospital kalo-kalo ada luka dalam karena Kumala bilang perutnya terasa sakit. Akhirnya malamnya dia bisa dihubungi lagi dan bilang semuanya okay. Syukurlah.
It was my First Aids experience, tapi gue bengong kelamaan dan gue gag periksa keadaan sekeliling, ada bahaya apa gag yang bisa mengancam gue (aliran listriknya masi ada gag) dan korban yang gag sadar, parahnya gue juga gag periksa langsung dia, pulsenya ada gag dan ada breath gag karena gue gag tao apa yg terjadi, yang gue tao si korban sadar karena bisa ngomong.
Gue baru tao ada apa setelah Freddy cerita ke petugas dan gue baru nurutin manual First Aids setelah dibilangin oleh psikolog itu. Soalnya gue gag pernah liat accident sedekat itu dan gag nyangka kalo itu accident.
This accident make me feel scarred, gag nyangka ada mortality sedekat itu, antara hidup dan mati. Dan juga ternyata si Kumala itu bermaksud memeriksa alat pemanas air dari metal yang rusak, sudah jelas-jelas ditulis rusak tapi si Kumala mau memeriksa masi bisa jalan gag dan apanya yg rusak, dikira bocornya kali. Si Kumala tuh suruh Freddy colokin alatnya dan setelah dicolokin, si Kumala buru-buru lap tangannya yang basah dan mau memegang alat itu. Untung alat itu meledak sebelon dia sempat pegang tapi electric shock yang biru-biru itu menyebar di dekatnya dan tangannyalah yg terdekat ke alat itu dan basah (ada konduktornya), akibatnya dia terlempar ke belakang dan jatuh terlentang. Karena shock dia gag berani buka mata dan gerak.
Akhirnya setelah Kumala ke rumah sakit, mulailah orang-orang bersih-bersih kantin dan buang alat-alat yang rusak serta memindahkan alat-alat yang tidak terpakai ke gudang.
Waktu itu aku lagi berbincang-bincang dengan Erlyn di dalam kantin gereja. Tiba2 ada sekilas kilatan warna biru tua yang aku lihat di samping kanan, kayanya datang dari arah belakang. Si Erlyn kelihatannya terkejut melihat sesuatu di belakangku, otomatis aku gerakin kepala pelan-pelan karena aku berharap ga terlalu shock seperti si Erlyn. Ternyata aku lihat ada kepala kantin, Kumala lagi tidur terlentang diatas lantai dapur dan kacamatanya terjatuh disampingnya. Aku bengong karena gag ngerti apa yang terjadi, aku lihat ada Freddy di ujung kaki Kumala, sedang melihat ke arah Kumala, semua orang kelihatan kaget. Tiba-tiba Rina dan Juli masuk dan buru-buru melihat keadaan si Kumala. Aku masi bingung apa yang terjadi karena aku gag melihat apa-apa dan si Freddy gag bicara apa-apa. Si Kumala matanya terpejam dan bibirnya bergetar lalu berkata, "Air...air panas..."
Otomatis si Juli ambilin air hangat dan sendok lalu menyendokin air ke mulut si Kumala yang matanya masi terpejam. Saat itu, ahli psikolog yang saat itu di gereja, dipanggil dan dia otomatis nanya, "Anyone called ambulance?" Baru aku nyadar kalo aku harusnya melakukan First Aids yang pelajarannya sudah aku ambil tahun lalu. Saat itu Rina mengangkat kepala si Kumala dan ditaro diatas pahanya, yang langsung aku larang (aku sudah lepas dari bengong) karena posisi kepala begitu malah bikin korban gag bisa bernapas dan aliran darah ke otak bisa terhambat. Lalu aku suru mereka membuka kancing celana si Kumala lalu kakinya ditutupi dengan kain agar gag ada kancing ketat yang bisa menghambat pernapasannya. Lalu aku usir orang-orang yang berdatangan nonton supaya gag nge-blok pintu agar udara bisa masuk dan korban bisa bernapas lancar. Selain itu aku juga mau jaga dignity si korban.
Si Psikolog balik kemudian dan bilang, "No food, no water...", dan instruksi2 First Aids lainnya yang antara lain taro korban menyamping kiri dan jangan pindahkan korban agar kalo-kalo ada yang patah gag sampai jadi parah. Kemudian dia mulai clear meja di dekat situ buat medic dan aku bantu clear meja.
Ambulance datang gag lama kemudian dan petugasnya nanya, "What happened?" otomatis namanya orang indo, saling mulai cerita yang akhirnya di stop petugasnya dan dia hanya mau saksi langsung yang berbicara ke dia. Petugas2nya professional dan straight forward karena dia mau langsung beraksi setelah memperoleh informasi yang dibutuhkan.
Setelah memperoleh info sementara petugas lain memeriksa keadaan Kumala mulai dari matanya yang katanya normal (kalo parah matanya biasanya sudah lain), terus gerakan tangan dan genggaman tangan, siku, bahu dan leher. Setelahnya petugasnya bilang kalo it's a good thing Kumala gag ada any injury tapi butuh check up di hospital kalo-kalo ada luka dalam karena Kumala bilang perutnya terasa sakit. Akhirnya malamnya dia bisa dihubungi lagi dan bilang semuanya okay. Syukurlah.
It was my First Aids experience, tapi gue bengong kelamaan dan gue gag periksa keadaan sekeliling, ada bahaya apa gag yang bisa mengancam gue (aliran listriknya masi ada gag) dan korban yang gag sadar, parahnya gue juga gag periksa langsung dia, pulsenya ada gag dan ada breath gag karena gue gag tao apa yg terjadi, yang gue tao si korban sadar karena bisa ngomong.
Gue baru tao ada apa setelah Freddy cerita ke petugas dan gue baru nurutin manual First Aids setelah dibilangin oleh psikolog itu. Soalnya gue gag pernah liat accident sedekat itu dan gag nyangka kalo itu accident.
This accident make me feel scarred, gag nyangka ada mortality sedekat itu, antara hidup dan mati. Dan juga ternyata si Kumala itu bermaksud memeriksa alat pemanas air dari metal yang rusak, sudah jelas-jelas ditulis rusak tapi si Kumala mau memeriksa masi bisa jalan gag dan apanya yg rusak, dikira bocornya kali. Si Kumala tuh suruh Freddy colokin alatnya dan setelah dicolokin, si Kumala buru-buru lap tangannya yang basah dan mau memegang alat itu. Untung alat itu meledak sebelon dia sempat pegang tapi electric shock yang biru-biru itu menyebar di dekatnya dan tangannyalah yg terdekat ke alat itu dan basah (ada konduktornya), akibatnya dia terlempar ke belakang dan jatuh terlentang. Karena shock dia gag berani buka mata dan gerak.
Akhirnya setelah Kumala ke rumah sakit, mulailah orang-orang bersih-bersih kantin dan buang alat-alat yang rusak serta memindahkan alat-alat yang tidak terpakai ke gudang.
ich bahaya amad ya,li:(